Kesaksian Fajar

Ananda Althafunnisa



Aku mengemasi barang-barang, memasukkannya ke dalam kardus lalu menutup rapat. Bapak dan beberapa orang laki-laki tetangga kami yang membantu, mengangkatnya ke dalam truk. Aku akan pindah. Meninggalkan kampung yang sudah sepuluh tahun aku tempati sejak kanak-kanak hingga sekarang aku sudah menjadi pelajar tingkat tiga Sekolah Menengah Pertama. Aku cemas. Takut tak memiliki teman, takut kesepian, terkucilkan, karena aku akan pindah ke daerah perumahan, yang sering disebut kawasan individualisme. Barang terakhir sudah di angkut. Aku naik motor bersama bapak, menuju rumah yang baru. Begitu banyak kenangan indah disini, bersama teman-temanku.
Rumah yang baru memang lebih luas, dikelilingi kebun, dan sejuk. Kurasa aku akan betah. Tapi bagaimana dengan orang-orang disini? Aku masih cemas.
“Tolong beli gula di warung bawah Nduk. Kamu jalan lurus aja dari sini, warungnya pas di tikungan.” Tutur ibu sambil menyerahkan uang.
Aku berjalan perlahan. Perumahan di sini sepi, padahal masih jam delapan. Dari kejauhan terlihat sekelompok remaja laki-laki sedang bermain kartu. Aku semakin cemas. Langkah aku percepat. 
. . .

selanjutnya baca disini :
http://www.ziddu.com/download/19061617/KesaksianFajar.docx.html

Comments

Popular Posts