Menunggu Kematian

Ananda Althafunnisa



Jam tua dari kayu jati yang sudah lapuk berdetak lemah tertempel pada dinding dari anyaman bambu yang berlubang di beberapa tempat, menunjukan pukul dua lebih seperempat saat ketukan keras menyadarkan wanita itu dari tidurnya. Anak perempuannya terlihat masih tertidur dalam damai diatas dipan tanpa kasur beralaskan tikar dari rotan yang kasar.
“Bu Zaenal !! Bu Zaenal !!” terdengar teriakan seorang laki-laki dari balik pintu.
“Ya, sebentar.” Sedikit kepayahan wanita itu untuk berlari menuju pintu.
Rumah yang hampir seluruh bahan bangunannya terbuat dari kayu itu hanya diterangi oleh tiga lampu minyak. Satu di tempat tidur, satu di dapur dan satu di teras rumah. Di bawah keremangan cahaya lampu minyak, Udin, teman seprofesi Pak Zaenal berusaha mengendalikan nafasnya yang terengah-engah. Bu Zaenal baru menyadari satu hal, bahwa suaminya belum pulang.
“Ada apa, din ?” tanya Bu Zaenal keheranan.
“Bapak, Bu. Bapak kecelakaan, tertabrak mobil di pertigaan jalan Permata Indah depan sana.” Jawab udin dengan suara berat.. . .

baca selengkapnya disini :

Comments

Popular Posts