Sembilan Detik

Mata beradu bertukar pandang
Menyelami bening kornea
Menghayati dalam rasa
Berlanjut

Setitik pembeda
Menegangkan benang merah kita
Merampas senyum kembar kita
Menghalau kesabaran kita
Membentak telinga kita
Menembak rapuhnya hati
Remuk
Sembilan detik lalu

Gemuruh rasa menderu
Melonjak!
Sembilan detik lalu

Mata nanar menunduk
Aku menang, kau kalah
Pergilah
Dan langkahmu melesat

Di ambang pintu
Korneaku perih
Menahan air
“Maaf.”tuturku mencekat.
Kembali dan genggam tanganku yang telah dingin
Wahai imamku.

Semarang, 14 Maret 2012

Comments

Popular Posts